Seminggu Mencari, Ayah di Deli Serdang Temukan Jasad Anaknya yang Terkena Banjir

Selama tujuh hari, Safarudin (62) menyusuri bantaran sungai, lorong-lorong perkampungan, hingga ke belakang Polsek Sunggal. Ia mencari Ibrahim (33), anaknya yang hilang terseret arus banjir di Deli Serdang pada Kamis (27/11).

Hujan deras dan luapan air sungai membuat rumah mereka di Gang Bersama, Kelurahan Sunggal Kanan, terendam diterjang banjir. Dalam situasi itulah Ibrahim hilang.

“Dari hari Kamis, sekitar jam 17.00 WIB (hilang), hilangnya itu saya dapat kabar hari Jumat,” ujar Safarudin saat ditemui di RS Bhayangkara Medan, Rabu (3/12).

Sejak itu, setiap sudut yang mungkin menjadi petunjuk ia datangi. Ia bahkan sempat mengikuti arahan paranormal demi menemukan jejak anaknya.

“Capek kita carinya, sampai ke Polsek Sunggal itu kita telusuri semuanya. Apa kata paranormal kita ikuti. Jadi pasrahkan diri lah,” tuturnya.

Ibrahim, yang bekerja sebagai pengantar ternak ayam, disebut hilang saat hendak menyeberangi jembatan bersama enam rekannya. Ketika kawan-kawannya telah sampai di ujung jembatan, Ibrahim tertinggal dan terseret derasnya arus.

“Kawannya menyeberang sungai, dia tidak (bisa). Mau nyeberang tinggal 10 meter kurang, air deras,” kata Safarudin.

Harapan panjang itu akhirnya menemukan jawaban. Ibrahim ditemukan warga di pinggiran sungai Kelurahan Tanjung Gusta, Kecamatan Medan Helvetia, sekitar 15 km dari rumah, dalam kondisi tak bernyawa.

“Rupanya jumpa tadi (mayatnya), lebih sekitar 15 Km,” imbuhnya dengan suara tertahan.

Saat melihat jenazah anaknya di Rumah Sakit Bhayangkara Medan, Safarudin tak mampu menyembunyikan kesedihannya. Ia memilih memakamkan Ibrahim tanpa proses autopsi.

“Engga (autopsi). Ngapain lagi kita autopsi, kalau bisa secepatnya dikebumikan,” ujarnya.

Mayat Ibrahim Ditemukan di Pinggir Sungai

Mayat Ibrahim pertama kali ditemukan oleh seorang pemulung yang sedang mencari barang bekas di pinggir sungai. Ia kemudian memanggil warga, termasuk Muhammad Syaid Rahman Lubis (27), yang ikut mengevakuasi jenazah.

“Pas kami mau terjun itu memang kondisi mayat itu sudah bengkak, hidungnya berdarah, kaki-kakinya juga sudah putih semua,” kata Syaid.

Posisi tubuh Ibrahim sulit dievakuasi karena tersangkut di batang pisang.

“Kami bertiga. Saya yang bagian mengikat, yang dua minggirin ke darat. Soalnya kejepit,” tambahnya.