Surplus Dagang Tiongkok Lampaui US$1 Triliun untuk Pertama Kali

Pelabuhan di Tiongkok.(Al Jazeera)

SURPLUS perdagangan barang tahunan Tiongkok melampaui US$1 triliun untuk pertama kali. Anjloknya ekspor Tiongkok ke Amerika Serikat di tengah perang tarif dikompensasi oleh pengiriman ke pasar lain.

Angka yang dirilis oleh Administrasi Umum Kepabeanan Tiongkok pada Senin (8/12) menunjukkan surplus perdagangan selama 11 bulan pertama tahun ini mencapai US$1,08 triliun pada November. Ini karena ekspor naik 5,9% secara tahunan pada bulan itu, membalikkan penurunan 1,1% pada bulan sebelumnya.

Lonjakan itu terjadi meskipun ekspor ke AS terus merosot yang turun 28,6% menjadi US$$33,8 miliar bulan lalu.

Beijing dan Washington telah terkunci dalam perang dagang sengit yang melibatkan tarif yang besar selama pemerintahan kedua Presiden AS Donald Trump. Ini memaksa eksportir Tiongkok untuk beralih ke pasar lain.

Meskipun demikian, para pemimpin dari dua ekonomi terbesar dunia sepakat untuk menghentikan permusuhan tersebut dalam pertemuan di Korea Selatan pada Oktober.

"Surplus perdagangan Tiongkok tahun ini melampaui level tahun lalu. Kami memperkirakan surplus tersebut akan semakin melebar tahun depan," tulis Zichun Huang dari Capital Economics dalam satu catatan.

Huang mengatakan pelemahan ekspor ke AS lebih dari diimbangi oleh pengiriman ke pasar lain.

Ekspor kemungkinan akan tetap tangguh, tambah Huang, karena pengalihan rute perdagangan dan meningkatnya daya saing harga barang-barang Tiongkok. Deflasi menekan nilai tukar riil efektifnya.

Peringatan Prancis tentang surplus

Ekspor terbukti penting bagi perekonomian Tiongkok karena negara tersebut bergulat dengan krisis utang di sektor properti dan lesunya belanja domestik yang berdampak pada pertumbuhannya.

Namun, surplus perdagangan Tiongkok yang menjulang tinggi membuat jengkel mitra dagang Barat terkemuka. Presiden Prancis Emmanuel Macron menjadi yang terbaru karena mengancam tindakan jika ketidakseimbangan ini tidak diatasi.

Macron, yang baru saja kembali dari kunjungan kenegaraan ke Tiongkok, dalam wawancara dengan surat kabar Prancis Les Echos pada Minggu, memperingatkan bahwa Eropa dapat mengikuti AS dalam mengenakan tarif terhadap Beijing jika surplus tidak dikurangi dalam beberapa bulan mendatang.

Ekspor ke Uni Eropa tumbuh sebesar 14,8% secara tahunan bulan lalu. Pengiriman ke Australia naik 35,8%. Sementara itu, negara-negara Asia Tenggara yang tumbuh pesat menyerap 8,2% lebih banyak barang selama periode yang sama.

Hal ini mendorong surplus perdagangan Tiongkok menjadi US$111,68 miliar pada November, tertinggi sejak Juni, dari US$90,07 miliar yang tercatat pada bulan sebelumnya dan di atas perkiraan sebesar US$100,2 miliar.

Presiden dan kepala ekonom di Pinpoint Asset Management, Zhiwei Zhang, menulis dalam catatan bahwa pemulihan pertumbuhan ekspor pada November membantu memitigasi lemahnya permintaan domestik di tengah perlambatan momentum ekonomi yang sebagian didorong oleh melemahnya sektor properti.

Sebagai indikasi lemahnya konsumsi domestik Tiongkok, data bea cukai baru menunjukkan bahwa impor naik 1,9% dibandingkan tahun sebelumnya pada November, lebih rendah dari yang diprediksi. (Al Jazeera/I-2)